Wednesday, June 12, 2013

Iwan Fals Jilid Dua

Diposkan oleh Adam Syarif 1 Desember 2010

Jalan masih panjang
yang harus kau tempuh
Menapak menurun mendaki
tak harus mengeluh

Waktu yang tersisa tiada percuma
Asal kau jeli membaca,
mengeja tanda tandanya

Setiap nafas hidup adalah karunia
Tak ternilai harganya
seperti nafas yang kau punya

Allahu Akbar, Allah Maha Besar
Karunia hidup ini; Adalah JANJI

Menggunakan kemeja putih polos, celana jins biru muda, sepatu kulit hitam dan jari-jari tangan kanannya sibuk memetik gitar cokelat yang menempel di dadanya. Begitulah penampilan Ferry Curtis pertama kali saya melihatnya sebelum tampil di depan teman-teman IKPM Jogya di Prambanan akhir bulan Syawal tahun ini. Bernyanyi lepas dan menghayati setiap lirik yang dilantunkan menambah rasa penasaran saya tentang sosok penyanyi muda ini. Setiap liriknya menyentuh batin setiap orang mendengarnya hingga setiap tangan memberikan applause hangat untuk aksi panggungnya. Simple, Intraktif dan inspiratif adalah nilai awal dari saya pribadi.

Berjuang
dengan Kekuatan Lirik
Bernyanyilah dengan bahagia, karena kebahagiaanlah yang membuat kita kaya. Begitulah kurang lebih pesan yang saya (dan teman-teman) dengar dari Ferry Curtis sebelum meninggalkan Prambanan. Rupanya musisi bernama lengkap R Ferry A Anggawijaya ini telah menulis 250 lebih lirik lagu. Liriknya mempunyai karakter yang khas dan sangat berkesan, termasuk mengkritik lewat kekuatan lirik. Mungkin penilaian saya terlalu subjektif, namun begitulah yang saya dapat katakan. Dengan gitarnya yang pernah dipakai Yusuf Islam manggung di Aceh, dia bisa menyapa Indonesia dan membuat orang di sekitarnya ‘hidup’. Mengajarkan kepada saya keberanian hidup dengan memaksimalkan potensi yang diberikan Tuhan untuk sebuah amanah suci.

Meskipun tidak sepopuler penyanyi-penyanyi yang sukanya nongkrong di media, lagu-lagu ciptaan Kang Ferry tidak kalah menarik. Dari beberapa informasi dari teman, beberapa dapur rekaman ternama di tanah air memberikan tawaran, namun Kang Ferry menolaknya. Soal bobot, salah satu lagunya, ‘Pustaka’ yang pernah diciptakannya untuk pameran buku di Jakarta ini telah menjadi hits untuk Gerakan Membaca di beberapa kota Indonesia. Seperti pesannya, “Bernyanyilah dengan bahagia..” bukan “bernyanyi untuk uang..” dalam hal ini, penafsiran kebahagian perlu kita buka untuk suatu argumentasi yang lebih jernih. Tujuan setiap orang berkarya tentu berbeda. Di zaman keterbukaan informasi ini acara hiburan termasuk produk kesenian sudah berkiblat kepada materi atau komersialisasi.

Mirip tapi tak sama
Coba perhatikan pemusik balada yang tetap konsisten di jalurnya sangat sedikit, seperti Iwan Fals, Franky Sahilatua, dan Ebiet G Ade. Manusia-manusia produktif seperti mereka memang tidaklah gila publik atau materi. Mereka berkarya bukan untuk uang tapi untuk sebuah perjuangan menuju perubahan bangsa yang lebih baik. Bung Ferry mengungkapkan kekecewaannya terhadap para penguasa yang mengakibatkan rakyat menderita lewat lirik yang kebanyakan terinspirasi dari perjalanannya keliling Indonesia. Seperti yang dikatakan blog kang Ferry, di setiap perjalanan dalam berkonser, ia melihat banyak fenomena sosial dan menyimpulkannya dalam dua kata, yaitu "Indonesia Gerimis".


Mengapa Karya-karya Al Ghazali masih dibaca hingga kini meskipun penulisnya telah mati ratusan tahun yang lalu? Karena Al Ghazali menulis karya-karyanya dengan penuh keikhlasan. Tentunya semua orang Indonesia mempunyai jawaban yang tak jauh beda, mengapa Iwan Fals disebut the legend yang menembus masa? Karena sejarah telah mengukir perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan untuk suatu perubahan. Kalau saya tidak berlebihan, generasi pemusik balada kelahiran 20 Oktober ini adalah the next legend atau Iwan Fals jilid ke-dua
. Meskipun ada yang mirip tapi tetap beda. Kang Ferry is Kang Ferry.

Anak kecil mencari-cari
sungai yang jernih untuk bermandi
Anak kecil terheran heran
hutan yang hijau kini kerontang

Anak kecil kini bersedih
sejarah bangsanya bertumpang tindih
Anak kecil tambah tak faham
di tanah yang subur orang tak makan

Ke mana kini aku mencari alam tenang
Di mana kini aku dapatkan cahaya terang, hilang....
Hilang, hilang, hilang dicuri gagak terbang
Hilang, hilang, hilang ditelan kambing hitam

Anak kecil menangis lagi
peta negerinya berkurang sendiri
Anak kecil menjerit lirih
Sang Dwi Warna hilang dicuri

Ke mana kini aku mencari Bendera
Di mana kini aku dapatkan cahaya, hilang....
Hilang, hilang, hilang dicuri naga terbang
Hilang, hilang, hilang ditelan kambing hitam

Anak kecil menangis lagi; Bendera djiwanya hilang di curi....

(Anak kecil kehilangan Bendera, Ferry Curtis - 2004)

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.