Monday, June 24, 2013

Musik Edutainment

Assallamuallaikum WR WB ..... Salam Sejahtera ..... SELAMAT Malam SEMUA , dan Semoga dalam keadaan SEHAT dan Bahagia Lahir dan Bathin ..... Allhamdullilahirrabillallamin .... Puji dan Syukur kita Panjatkan Kepada Yang Maha Kuasa, 4 Bulan sudah berjalan acara Pandiga Musik Kreatif dan Kami sangat Berharap acara ini bisa memberikan nilai positif dan , dapat berdaya guna dan bermanfaat bagi masyarakat , dan bisa menjadi jembatan bagi musisi dan pemain musik meraih prestasi Acara Pandiga Musik Kreatif akan kami kukuhkan pada tanggal 29-6-2013 untuk menjadi acara rutin 2x dalam 1 bulan di mana pada acara tersebut berdasar kepada musik edutainment dengan mengambil tema diskusi saat pengukuhan ''' SIAPA PUN BISA MENJADI BINTANG ''' yang akan di bawakan oleh Ferry Curtis terlampir profil beliauhttp://ferrycurtis.blogspot.com/2013/05/blog-post.html ........... dan acara akan di meriahkan juga oleh Cimahi GuitarCom dengan menu , guitar solo , guitar band , dan guitar ensemble , juga ada Achmad Che Maulana ,Reggae Cimahi , Amarta Band , Hellium Band , dan ada Kolaborasi Musik antara musisi Cimahi , Bandung , dan Cikarang Iqbal Maruli ..... Iwan Ir ( Iwan Vox ) Herry Kurniawan ( Blues Power ) Krisna ( Blues Power ) Wawan Darmawan , JohnArif Koprockin , Ari Moreno IISalam BHINEKA TUNGGAL IKA

FERRY CURTIS: BUNG KARNO PEMANTIK INSPIRASI

Sabtu, 22 Jun 2013 13:49:03| BRAGA25 | Dibaca 263 kali

Antarajawabarat.com, 22/6 - Musisi balada senior Kota Bandung, Ferry Curtis mengaku banyak terinspirasi oleh sosok Bung Karno dalam menciptakan karya musik dan juga kegemarannya membaca buku. 

"Lagu berjudul Kepada Putra Sang Fajar saya ciptakan untuk Bung Karno karena saya mengagumi sosok Bung Karno. agu tersebut dibuatnya setelah membaca buku Di Bawah Bendera Revolusi karya beliau," kata Ferry Curtis seusai mendedangkan lagu itu pada pembukaan Pameran Foto Langka Bung Karno di Gedung KAA Kota Bandung, Jumat malam.

Ia mengakui membaca buku Di Bawah Bendera Revolusi dan membuatnya terinpsirasi. Bung Karno memberikan inspirasi yang luar biasa dengan banyaknya buku yang dibaca Bung Karno. 

Pria tengah baya itu menyebutkan Bangsa Indonesia akan maju kalau rajin membaca. Namun ia menyayangkan tingkat membaca masyarakat Indonesia masih rendah.

"Perjuangan dan semangat Bung Karno bisa menjadi contoh untuk generasi muda saat ini," katanya.

Sementara itu pada prosesi pembukaan pameran foto itu, Ferry mendendangkan dua buah lagi yakni Sahabat Cahaya dan Kepada Putra Sang Fajar. Sang Fajar merupakan panggilan dan julukan bagi Bung Karno yang juga Bapak Proklamator itu.

Secara khusus Ferry Curtis mendendangkan lagu Kepada Putra Sang Fajar pada kesempatan keduanya yang dilakukan dengan penuh penghayatan.

"Malam ini saya akan menyanyikan dua buah lagu. Lagu pertama berjudul Sahabat Cahaya untuk anda semua dan lagu kedua yang berjudul Kepada Putra Sang Fajar saya persembahkan khusus untuk Bung Karno," katanya menambahkan.***4***

Wednesday, June 12, 2013

Relawan Pemberantasan Buta Aksara Dilatih Papan Baca Masyarakat Dibuat di Pantai Kamali

Radar Buton - Kamis, 13 Aug 2009, | 284

BAUBAU—Pemkot Baubau bekerjasama dengan Yayasan Baca Indonesia (YBI) Selasa (11/8) mengadakan pelatihan relawan pemberantasan buta aksara. Kegiatan itu dilaksanakan di aula Dinas Pendapatan Pengolahan Aset Daerah, dengan mengusung tema ”Sewindu Baubau Cerdas Dengan Membaca,” dan diikuti 40 pegawai utusan dari tujuh kecamatan.

Konsultan Minat Baca Nasional, Wachyudi Muchsin, mengatakan, sesuai rencana akan dicanangkan pada 17 oktober nanti, bertepatan dengan HUT Baubau kedelapan. Menurutnya dengan metode kubaca, akan membaca cepat yang mudah dan menyenangkan bagi pembaca pemula. Disamping itu kata dia, dengan mengajarkan membaca yang berbasis kata, dari kata lebih mudah disusun menjadi kalimat terangkai menjadi sebuah wacana.

”Tujuh kecamatan yang akan dibangun mungkin tidak menyelesaikan masalah, karena kurangnya fasilitas baca di Baubau, seperti menjadi kritikan banyak pihak, idealnya satu taman baca 5000 bahan bacaan, maklum karena keterbatasan anggaran, maka diharapkan kepada seluruh pihak untuk menyumbangkan bukunya melalui dompet buku yang akan dicanangkan oktober nanti,” harap Wachyudi, kemarin di kantor Radar Buton.

Lanjut dia, seorang relawan merupakan ujung tombak dalam mengkampanyekan minat baca ditingkat kecamatan dan kelurahan, sehingga dapat memberantas buta aksara dibeberapa daerah yang dianggap rawan, selain itu, akan dibuat papan baca masyarakat yang akan ditempatkan dipusat keramaian, seperti pantai kamali. ”Jadi masyarakat tidak sekedar berekreasi, tapi bisa membaca,” katanya.

Menariknya, dalam pelatihan itu, Ferry Curtis penyanyi balada dari Bandung yang menciptakan lagu ”Kepustaka” ikut berbagi dengan peserta relawan baca kemarin, dan ikut mendukung gerakan Baubau gemar membaca.(rin) 

Lomba Menulis Surat "Makassar yang Kuimpikan"

SENIN, 19 JULI 2010 | 08:47 WITA | 13101 Hits
Fajar Online - Ekspresi

Wajah-wajah sumringah para peserta menjadi tontonan hangat di Aula Penerbit Erlangga, Sabtu, 17 Juli. Di sini, dihelat Lomba Menulis Surat untuk Walikota bertajuk "Makassar yang Kuimpikan". Even ini dilaksanakan oleh Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM), Penerbit Erlangga, dan Keker Fajar yang didukung penuh Dinas Pendidikan Kota Makassar.

Meski harus berkompetisi menghasilkan tulisan terbaik, peserta tetap merasa enjoy lho. Gimana gak, ada Ferry Curtis, musisi bandung yang menjadi guest star dan siap ngasih lagu-lagu fresh buat semua peserta.

Menyanyikan empat lagu berunsur motivasi dengan musikalisasi puisi, penampilan Ferry Curtis menjadi istimewa. Petikan gitar harmonis dengan lirik yang sarat makna. Ferry berhasil menghidupkan suasana.

Kegiatan ini berbeda dengan yang digelar sebelumnya. Pasalnya, Lomba Menulis Surat kali ini dilaksanakan secara langsung. Jadi orisinilitas tulisan siswa gak bakal diragukan lagi. Kegiatan yang diikuti perwakilan SMP se-Kota Makassar ini dihadiri Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Makassar, Muhyiddin, Project Manager GMGM Wachyudi Muchsin, dan Redaktur Keker Sunarti Sain.

Rencananya even ini akan digelar sebagai agenda tahunan. Tujuannya tentu menumbuhkan minat baca pelajar di Makassar dan memberikan ruang kepada pelajar Makassar untuk menuangkan ide-ide cemerlangnya mengenai pembangunan di kota ini.

Lomba ini memberi kesempatan satu jam bagi peserta untuk menunjukkan kelihaiannya menulis. Memberi aspirasi untuk kota Makassar ke depan. Nah, penilaiannya pun gak jauh-jauh dari kriteria yang sudah ditentukan. "Jelas ini jadi tantangan," kata Dwi, peserta lomba dari SMPN 3 Makassar.

Acara yang begitu kompetitif ini akhirnya menemukan jawara tiga besar di akhir acara. Mereka; Yunita F. Ramadhany dari SMPN 9 Makassar sebagai Juara 1, Widyashri Dian Maharani dari SMPN 3 Makassar sebagai Juara 2, dan Ana Pertiwi dari SMPN 37 sebagai Juara 3. Hei, Tetap semangat ya guys dan jangan pernah berhenti berkarya! (rk4-rk10)

Liputan Diskusi AARC: Masihkan Indonesia Punya Masa Depan?

Rabu sore (9/3), tadarusan bukuAsia Future Shock sampai pada sebuah topik panas: Apakah Indonesia Punya Masa Depan? Penulis Michael Backman tak meyakini hal tersebut. Setelah memprediksikan kebangkitan China, Vietnam, dan Myanmar, Backman justru membeberkan fakta muram tentang Indonesia pada bab ini. Konon sumur minyak di negeri ini telah kering. Investor enggan membuka usahanya. Korupsi menggerogoti birokrasi. Superman tak datang. Lalu bagaimana dengan masa depan Indonesia? Mengapa banyak orang pintar yang memilih tinggal di luar negeri?
Kedua pertanyaan itulah yang diajukan Aris Risma, peserta Asian-African Reading Club yang pekan ini mendapat giliran menyajikan topik. Pertama-tama, pemuda ini mengingatkan lagi keistimewaan Indonesia: keindahan alam, keragaman budaya, spesies primata dari yang terbesar hingga yang terkecil, sampai kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara pertama yang memerdekakan diri setelah Perang Dunia II. Setelah keistimewaan tersebut dibenturkan dengan fakta lapangan, Aris pun kembali mengajukan pertanyaan, Apakah nantinya Indonesia cuma akan dihuni oleh orang bodoh yang kerjanya membodohi orang lainnya?

Sebelum para hadirin berdiskusi, Ferry Curtis maju ke depan untuk bernyanyi diiringi dengan gitarnya. Ia membawakan tiga lagu. Dua yang pertama merupakan balada getir tentang anak yang mencari bendera-nya, serta seseorang yang menanti kemunculan cahaya di serambi. Mengapa orang Indonesia nggak berkembang? tanya Kang Ferry di sela lagu. Karena mereka nggak didukung melakukan sesuatu yang disukainya. Ia bercerita tentang pertemuannya dengan Yusuf Islam dulu Cat Stevens yang menandatangani gitarnya. Musisi kesukaannya itu berpesan, Ferry, semoga dengan bernyanyi kamu bahagia. Sebuah lagu balada ceria menutup penampilan Ferry Curtis malam itu.

Jika Anda sering mengunjungi diskusi-diskusi di Museum KAA, niscaya Anda tahu kalau pendapat Pak Mamunlah yang biasa mengawali diskusi. Tak terkecuali pada kesempatan ini. Pak Mamun mengomentari orang-orang pintar yang memilih memanfaatkan ilmunya di negara lain, Ini pernah dibahas di Kick Andy!. Sebetulnya Indonesia banyak menghasilkan orang-orang yang lulus cum laude, tapi mereka memilih tinggal di negeri orang karena di Indonesia nggak ada akses buat mengembangkan potensi mereka.

Bu Nunun kemudian membandingkan keadaan di Indonesia dengan Malaysia. Saya pernah membaca bahwa salah satu penyebab kemajuan Malaysia adalah keberhasilan mereka mengembangkan pola komunikasi yang efektif. Dengan komunikasi tersebut, potensi setiap orang dapat diketahui, kata Bu Nunun. Kadang-kadang ketika kita membuat sebuah kegiatan, misalnya diskusi, kita cuma mendapat kepuasan pribadi karena merasa telah melakukan sesuatu. Pesan dan tujuan dari kegiatan itu nggak sampai. Alhasil masalah yang kita hadapi juga nggak selesai-selesai.

Sebelumnya, Ferry meramalkan tiga skenario yang terjadi pada Indonesia di masa mendatang, Pertama, Indonesia akan bangkrut. Kedua, Indonesia akan bubar. Atau ketiga, Indonesia akan memimpin dunia. Kurang banyak pilihan. Pak Isman, berbicara tidak sebagai kepala museum, tertarik dengan ide kedua. Ada sebuah studi yang memperkirakan Indonesia akan terpisah menjadi lima belas negara. Ini masuk akal karena Indonesia merupakan konsep baru yang dibuat oleh Tan Malaka, jelas Pak Isman. Kalau itu terjadi, menurut saya akan aman kalau negara-negara yang terpecah menggunakan model web seperti yang digunakan oleh kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kerajaan-kerajaan ini berbeda dengan model negara yang digunakan Eropa. Mereka nggak memiliki satu ibukota tetap, tapi digilir dari satu daerah ke daerah lain. Untuk tinggal dan bepergian dari satu kerajaan ke kerajaan lain pun nggak perlu paspor atau visa.

Hal itu tentu berbeda dengan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia itu sombong. Orang Indonesia yang sudah jadi warga negara asing, untuk bisa tinggal di Indonesia ia harus melalui proses birokrasi yang berbelit dan mengeluarkan banyak uang, ujar Pak Isman.

Pada kesempatan ini, Asian-African Reading Club juga kedatangan Pak Hendrajit dari Global Future Institute, sebuah think tank yang berfokus pada masalah-masalah internasional. Ia sepandangan soal komunikasi yang disampaikan Bu Nunun, Barangkali keadaan sekarang seperti dalam Sounds of Silence, lagunya Simon & Garfunkle, People talking without speaking. People hearing without listening, jadinya nggak terjadi persenyawaan. Kadang-kadang, ketika menyelesaikan suatu masalah orang nggak memahami akar masalahnya. Tindakan nggak sesuai dengan akar masalah tersebut. Nggak heran kalau masalahnya nggak selesai dan menimbulkan masalah baru.

Ketika malam semakin larut, akhirnya Aris membuat kesimpulan dari diskusi ini. Indonesia masih punya masa depan apabila 1. Orang mampu meng-komunikasi-kan maksud dan tujuannya dengan baik. 2. Tidak sombong. 3. Sinkron antara tujuan dengan tindakan yang diambil. Seringkali, ketika melihat kompleksnya permasalahan Indonesia seseorang berpikir bahwa solusi dari permasalahan itu adalah hal yang kompleks juga. Dalam diskusi ini solusi yang muncul kedengaran sederhana. Namun, bukankah teori biasanya lebih sederhana dari praktiknya?

BANDUNG MEMBACA: SEMANGAT IBU-IBU

05 Oktober 2012 - 19:02   (Diposting oleh: Rumah Dunia)
Oleh Muhzen Den

 Seusai acara Sukabumi Membaca di Kota Sukabumi berjalan lancar dengan antusias peserta pelatihan menulis perjalanan (travel writer) dan fotograpi perjalanan (travel fotograpi) sekira 35 orang. Kami, Tim Sembako Buku Tour De Jawa Barat langsung meluncur ke kota tujuan berikut, yakni Bandung. Pada Rabu (3/10/12) malam, Tim Sembako Buku Tour De Jawa Barat sampai ke Kota Kembang, Bandung. Jarak tempuh antara Sukabumi-Bandung memakan waktu sekira 2 jam perjalanan. Sungguh perjalanan yang melelahkan dan juga menyenangkan. Karena kunjungan di kota pertama dengan kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan baik. Karena itu, kami bersemangat dengan kunjungan berikutnya agar tujuan bakti sosial membagi-bagikan paket sembako buku ini tidak berujung sia-sia.

Dua malam-sehari, kami menginap di Hotel Amaris, Cihampeulas. Di penginapan kami istirahat sejenak lalu pada esok paginya langsung mempersiapkan 30 paket sembako yang akan dibagikan ke 30 TBM yang ada di Bandung. Dikarenakan pada Jumat (5/10/12), di lantai 2 Baltos (Balubur Town Squere) Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis dengan Forum TBM Jawa Barat (Jabar), siap menghelat acara Bandung Membaca sekaligus pelatihan menulis perjalanan (travel writer) dan fotograpi perjalanan (travel fotograpi) bersama Gol A Gong dan Yudi Kudaliar Febrianda.

Hari pelaksanaan Bandung Membaca yang kami nanti pun terjadi. Pada Jumat (5/10/12) siang, sekira pukul 13.30 WIB, di lantai 2 Balubur Town Squere (Baltos), sebanyak 45 ibu-ibu yang tergabung dalam Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis (KIDN) dan bukan anggota pun hadir memadati kursi-kursi yang telah disediakan panitia. Sebelum acara dimulai, terlebih dahulu panitia atau pembawa acara menyediakan waktu kepada Gol A Gong selaku Presiden FTBM Pusat untuk menjelaskan tentang apa itu TBM dan gerakan literasi menuju Indonesia Membaca yang tengah diusung, demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang melek literasi. Dalam sesi talk show tentang TBM dan gerakan menuju Indonesia Membaca, Gong ditemani oleh Ferry Curtis yang juga konsen di literasi tetapi menggunakan cara dengan lagu atau nyanyi.

Selama sejam setengah talk show tentang TBM dan gerakan literasi berlangsung dengan antusias para ibu-ibu yang semangat mengikuti acara tersebut. Di acara Bandung Membaca ini memang agak berbeda dari biasanya. Di acara ini banyak didominasi oleh ibu-ibu yang ingin mengubah dirinya serta sekitarnya dengan cara membaca dan menulis (literasi). Bahkan sempat keluar sebuah pernyataan lucu dari salah satu narasumber yang menyampakikan materi, bahwa Indonesia berkembang karena ibu-ibu, tetapi ibu-ibu berkembang karena bapak-bapak. Dari ungkapan tersebut membuat peserta yang hadir jadi tertawa geli dan senang, sehingga bisa dikatakan acara Bandung Membaca berlangsung baik dan berhasil. Pertanyaan demi pertanyaan pun datang dari peserta yang mayoritas ibu-ibu, dan tidak mau ketinggalan, PT. Bakrie Telecom (Esia), yang mensponsori kegiatan Sembako Buku Tour De Jawa Barat, memberikan dua buah ponsel (HP) untuk peserta yang aktif.
Talk show tentang TBM usai.

Setengah jam kemudian diisi dengan hiburan dari Ferry Curtis yang menyanyikan lagu tentang pustaka dan pembaca dengan suara yang merdu di telanga. Bahkan ibu-ibu dibuat terhanyut ketika Ferry menyanyikan tentang perempuan masa lalu, karena lagu tersebut seakan menostalgiakan namun tidak ingin kembali terjadi sebab itu masa lalu. Selain itu ada pembacaan puisi dari salah satu perserta yang juga tergabung dalam Komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis, yakni Ibu Ratna, yang dengan lantang membacakan puisi.

Kegiatan berikutnya adalah pelatihan menulis perjalanan (travel writer) dan fotograpi perjalanan (travel fotograpi). Waktu jarum jam menunjukkan pukul 15.30 WIB, dan Gol A Gong sebagai narasumber menulis perjalanan memulai pemparannya tentang apa itu travel writer (penulis perjalanan). �Kalau ibu-ibu jalan-jalan ke tempat-tempat wisata atau luar negeri, jangan hanya sekadar datang lalu pulang tanpa mendapatkan apa-apa. Saya sebagai penulis, tidak hanya menikmati dan melihat, tetapi juga terlibat dan menemukan sesuatu yang kelak bisa dibawa pulang lalu dituliskan,� ujar Gong saat memamparkan materi kepada ibu-ibu. Selain itu juga, Gong memberikan simulasi kepada ibu-ibu untuk mengungkapkan tema apa dan tempat apa yang akan ditulis. Setelah itu, Gong juga memberikan contoh cara bagai mana menentukan sudut pandang (angle) tulisan ketika sudah berada di tempat yang dituju. Selama kurang-lebih setengah jam, Gol A Gong memberikan materi tentang menulis, yang juga mendapat antusias oleh ibu-ibu peserta dengan beberapa pertanyaan yang disampaikan.

Setelah sesi narasumber Gol A Gong, baru Yudi Kudaliar melanjutkan di sesi tentang fotograpi perjalanan (travel fotograpi). Pemaparan Yudi yang disampaikan kepada ibu-ibu hampir sama caranya dengan menulis perjalnan, tetapi berbeda bidang keterampilan yang digunakan. Yudi menampilkan beberapa karya foto jepretan mata kameranya kepada ibu-ibu. Selain itu Yudi juga menjelaskan tentang tipe-tipe foto dan waktu yang pas untuk memfoto. �Ibu-ibu, kalau ingin jadi fotografer harus sering bangun subuh jika ingin memotret fajar pagi. Atau ibu-ibu juga bisa memanfaat kamera yang tidak mahal untuk mendokumentasikan momen bagus yang ibu kunjungi,� kata Yudi sambil menunjukan materi power point yang menampilkan karya foto dirinya.

Sekira pukul 17.00 WIB, acara pelatihan menulis perjalanan (travel writer) dan fotograpi perjalanan (travel fotograpi) pun selesai. Sebelum acara benar-benar dibubarkan. Ada simbolisasi untuk penyerahan 30 paket sembako buku ditambah dua judul buku dari PT. Bakrie Telecom (Esia) untuk panitia. Gol A Gong (Presiden F TBM) dan Setya Yudah Indrswara (Manajer CSR PT Bakrie Telecom Esia) turut memberikan simbolisasi sumbangan sembako buku tersebut. Acara Bandung Membaca pun selesai ditutup dengan sesi foto-foto dari peserta kepada narasumber. Kunjungan ke kota kedua dengan kegiatan yang diadakan telah berjalan lancar. Saatnya kami beranjak meluncur menuju ke kota berikutnya, Garut dengan acara hampir sama, yakni Garut Membaca yang akan dilaksanakan pada esoknya, Sabtu (6/10/12). Disana kami akan memberikan 10 paket sembako buku plus dua judul buku dari PT Bakrie Telecom Esia serta pelatihan menulis dan fotograpi. Semoga di kunjungan ke kota ketiga berjalan dengan lancar dan tidak ada kendala. Salam literasi!
*Penulis adalah relawan Rumah Dunia  
[RumahDunia.Net

SENIMAN KENANG TOKOH INDUSTRI KREATIF KOTA BANDUNG

Bandung, 19/10 (ANTARA) - Sejumlah seniman akan menggelar pertunjukan bertajuk "Balada untuk Wawan Juanda" untuk mengenang tokoh industri kreatif di kota itu yang meninggal pada 5 Juli.

"Ini merupakan sebuah persembahan, ungkapan terima kasih dari baladais yang akan digelar di Bumi Sangkuriang 20 Oktober," kata musisi balada Egy Fedly pada pengumuman pelaksanaan kegiatan itu di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Selasa.

Wawan Juanda menurut Egy, dikenal sebagai tokoh yang mempelopori industri kreatif di Kota Bandung.

"Dia 20 tahun berkecimpung di dunia pertunjukan dan festival di berbagai daerah," katanya.

Di Bandung, kata egy, Wawan menjadi penggagas beragam acara yang melibatkan masyarakat banyak dan sejumlah artis serta band. Beberapa idenya tertuang dalam bentuk "Braga Festival", "Bambufest", "Spicefest", "Batik Festival", "Dago Walking Day", dan masih banyak lagi karyanya yang telah menjadi ikon kota Bandung.

Menurut dia, para musisi balada akan mengenang Wawan dengan membawakan kompilasi lagu yang akan disuguhkan oleh para baladais, seperti Mukti-Mukti, Ferry Curtis, Ganjar Noor, Sisca Guzheng, Egi Fedly, KaiYa, hingga empat Perempuan.

Seniman Tisna Sanjaya mengatakan, Kota Bandung harus bangga karena punya orang seperti Wawan.

Menurut dia, Wawan dapat dikatakan sebagai peletak industri kreatif di Kota Bandung.

"Hal itu dapat dilihat dari berbagai dedikasinya terhadap pergerakan kesenian di Bandung khususnya dan Indonesia pada umumnya," kata Tisna mengenai lelaki kelahiran Bandung pada 5 Desember 1958 itu.

Acara itu akan dimeriahkan pula oleh beberapa penyair.

Menurut Egy, cita-cita, semangat, dan perjuangan pergerakan kesenian diharapkan dapat dilanjutkan oleh generasi-generasi baru.*
(pso-155/s018)


COPYRIGHT © 2010 ANTARAJAWABARAT
PubDate: 13/Jun/2013 01:07

Iwan Fals Jilid Dua

Diposkan oleh Adam Syarif 1 Desember 2010

Jalan masih panjang
yang harus kau tempuh
Menapak menurun mendaki
tak harus mengeluh

Waktu yang tersisa tiada percuma
Asal kau jeli membaca,
mengeja tanda tandanya

Setiap nafas hidup adalah karunia
Tak ternilai harganya
seperti nafas yang kau punya

Allahu Akbar, Allah Maha Besar
Karunia hidup ini; Adalah JANJI

Menggunakan kemeja putih polos, celana jins biru muda, sepatu kulit hitam dan jari-jari tangan kanannya sibuk memetik gitar cokelat yang menempel di dadanya. Begitulah penampilan Ferry Curtis pertama kali saya melihatnya sebelum tampil di depan teman-teman IKPM Jogya di Prambanan akhir bulan Syawal tahun ini. Bernyanyi lepas dan menghayati setiap lirik yang dilantunkan menambah rasa penasaran saya tentang sosok penyanyi muda ini. Setiap liriknya menyentuh batin setiap orang mendengarnya hingga setiap tangan memberikan applause hangat untuk aksi panggungnya. Simple, Intraktif dan inspiratif adalah nilai awal dari saya pribadi.

Berjuang
dengan Kekuatan Lirik
Bernyanyilah dengan bahagia, karena kebahagiaanlah yang membuat kita kaya. Begitulah kurang lebih pesan yang saya (dan teman-teman) dengar dari Ferry Curtis sebelum meninggalkan Prambanan. Rupanya musisi bernama lengkap R Ferry A Anggawijaya ini telah menulis 250 lebih lirik lagu. Liriknya mempunyai karakter yang khas dan sangat berkesan, termasuk mengkritik lewat kekuatan lirik. Mungkin penilaian saya terlalu subjektif, namun begitulah yang saya dapat katakan. Dengan gitarnya yang pernah dipakai Yusuf Islam manggung di Aceh, dia bisa menyapa Indonesia dan membuat orang di sekitarnya ‘hidup’. Mengajarkan kepada saya keberanian hidup dengan memaksimalkan potensi yang diberikan Tuhan untuk sebuah amanah suci.

Meskipun tidak sepopuler penyanyi-penyanyi yang sukanya nongkrong di media, lagu-lagu ciptaan Kang Ferry tidak kalah menarik. Dari beberapa informasi dari teman, beberapa dapur rekaman ternama di tanah air memberikan tawaran, namun Kang Ferry menolaknya. Soal bobot, salah satu lagunya, ‘Pustaka’ yang pernah diciptakannya untuk pameran buku di Jakarta ini telah menjadi hits untuk Gerakan Membaca di beberapa kota Indonesia. Seperti pesannya, “Bernyanyilah dengan bahagia..” bukan “bernyanyi untuk uang..” dalam hal ini, penafsiran kebahagian perlu kita buka untuk suatu argumentasi yang lebih jernih. Tujuan setiap orang berkarya tentu berbeda. Di zaman keterbukaan informasi ini acara hiburan termasuk produk kesenian sudah berkiblat kepada materi atau komersialisasi.

Mirip tapi tak sama
Coba perhatikan pemusik balada yang tetap konsisten di jalurnya sangat sedikit, seperti Iwan Fals, Franky Sahilatua, dan Ebiet G Ade. Manusia-manusia produktif seperti mereka memang tidaklah gila publik atau materi. Mereka berkarya bukan untuk uang tapi untuk sebuah perjuangan menuju perubahan bangsa yang lebih baik. Bung Ferry mengungkapkan kekecewaannya terhadap para penguasa yang mengakibatkan rakyat menderita lewat lirik yang kebanyakan terinspirasi dari perjalanannya keliling Indonesia. Seperti yang dikatakan blog kang Ferry, di setiap perjalanan dalam berkonser, ia melihat banyak fenomena sosial dan menyimpulkannya dalam dua kata, yaitu "Indonesia Gerimis".


Mengapa Karya-karya Al Ghazali masih dibaca hingga kini meskipun penulisnya telah mati ratusan tahun yang lalu? Karena Al Ghazali menulis karya-karyanya dengan penuh keikhlasan. Tentunya semua orang Indonesia mempunyai jawaban yang tak jauh beda, mengapa Iwan Fals disebut the legend yang menembus masa? Karena sejarah telah mengukir perjuangan, pengorbanan dan keikhlasan untuk suatu perubahan. Kalau saya tidak berlebihan, generasi pemusik balada kelahiran 20 Oktober ini adalah the next legend atau Iwan Fals jilid ke-dua
. Meskipun ada yang mirip tapi tetap beda. Kang Ferry is Kang Ferry.

Anak kecil mencari-cari
sungai yang jernih untuk bermandi
Anak kecil terheran heran
hutan yang hijau kini kerontang

Anak kecil kini bersedih
sejarah bangsanya bertumpang tindih
Anak kecil tambah tak faham
di tanah yang subur orang tak makan

Ke mana kini aku mencari alam tenang
Di mana kini aku dapatkan cahaya terang, hilang....
Hilang, hilang, hilang dicuri gagak terbang
Hilang, hilang, hilang ditelan kambing hitam

Anak kecil menangis lagi
peta negerinya berkurang sendiri
Anak kecil menjerit lirih
Sang Dwi Warna hilang dicuri

Ke mana kini aku mencari Bendera
Di mana kini aku dapatkan cahaya, hilang....
Hilang, hilang, hilang dicuri naga terbang
Hilang, hilang, hilang ditelan kambing hitam

Anak kecil menangis lagi; Bendera djiwanya hilang di curi....

(Anak kecil kehilangan Bendera, Ferry Curtis - 2004)

Proses Kreatif Seorang Seniman


Adalah betul bahwa ide bisa datang dari mana saja. Tapi ide saja masihlah sebagian dari bentuk jadi itu sendiri. Mempelajari proses kreatif seseorang dalam mencipta terkadang mengasyikan.

Tak aneh bila proses kreatif suatu karya terkadang lebih dahsyat dari karya itu sendiri. Ada pengalaman batin yang tak terkira mahalnya bagi seorang kreatif.

Malam tadi sempat nongkrong di suatu kafe bersama teman-teman. Ini juga bagian dari menikmati hidup. Tak melulu berkutat soal pekerjaan. Meski hanya itu yang terlintas di kepala setiap menitnya. Hehe.

Selain teman-teman, ternyata di sana ada Ferry Curtis, teman penyanyi yang kukagumi. Kali pertama melihatnya saat ia menyanyi di Sastra Unpad, Jatinangor. Entah tahun berapa, lupa. Saat itu aku terkesima.

Begitu turun panggung aku langsung menghampirinya. Tanpa malu-malu kukatakan saja kekagumanku atas lagu-lagunya. Kita jadi berbincang akrab. Kuberikan sepucuk bukuku kepadanya sebagai hadiah perkenalan yang mengasyikan.

Malam ini bertemu dia lagi. Ia sedang menggendong gitar. Wah, sedang nyanyi-nyanyi tampaknya. Di depan meja teronggok sebuah laptop menyala. Rupanya ia sedang membuat lagu baru.

Beberapa bait coba ia nyanyikan dengan petikan gitar yang ceria.

“Lho, kok liriknya seperti lagu ucapan selamat pada Gubernur Jabar terpilih?” tanyaku heran.

“Iya, besok aku diminta nyanyi di sebuah acara Gubernur baru. Panitia memintaku membawakan lagu Wakil Rakyat-nya Iwan Fals. Kukatakan: undang saja Iwan Fals-nya. Jangan aku.”

“Lantas?”

“Akhirnya, kalau mau, aku akan membawa lagu baru khusus untuk acara itu.”

“Wah…”

“Ini lagi bikin.”

Aku makin tertarik. Sembari memetik gitar ia mencocok-cocokkan pilihan kata dan kalimat untuk lirik. Teman-teman lain merubung di sisi-sisi meja sembari menyulut rokok. Aku hanya memerhatikan.

Setelah lirik lagu dirasa pas, ia mulai menyanyi. Cukup sekali, semua kawan yang merubung sudah bisa mengikuti konsep lagu itu. Jadinya kita nyanyi bersama. Ferry suara satu, yang lain ada suara dua, suara sumbang, suara kambing, suara kentongan, dan suara-suara tak jelas lainnya… Haha!

Akhirnya keseluruhan lagu rampung dibuat. Kita nyanyi sama-sama lagi. Kafe jadi terasa meriah. Ada life music gratisan! Perpaduan vokal saat refrein terasa asyik sekali dinyanyikan beramai-ramai.

Saat Ferry kembali membetul-betulkan diksi kata yang dirasa kurang pas, aku ambil alih gitar. Kita nyanyi bareng-bareng terus sampai larut.

Tak sampai satu jam lirik lagu itu tercipta. Tapi konsep lagu keseluruhan memang membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk penyempurnaan. Namun satu lagu tercipta di depan mata hanya sekejapan.

Memang menarik mengikuti proses kreatif seseorang. Kamu, apa yang sudah kamu ciptakan? 
Bandung, 25 April 2008, 01.12 wib.

Pengundian Nomor Urut 'Mewah', KPU Jabar: Dananya Rp 73 Juta

Detik Bandung - Selasa, 18/12/2012 20:19 WIB

Bandung - Acara pengundian nomor urut dan launching pasangan Cagub-Cawagub Jabar 2013 berbeda dengan sebelumnya. Kali ini acara yang digelar di Sasana Budaya Ganesha dibuat wah. Namun KPU Jabar mengaku hanya menganggarkan dana sebesar Rp 73 juta.

"Biaya itu untuk menyewa tempat, panggung, dan konsumsi," jelas Sekretaris KPU Jabar Heri Suherman kepada wartawan di Sabuga.

Heri memastikan KPU Jabar tidak mengucurkan dana selain hal tersebut. Mengenai acara yang disiaran langsung Kompas TV, kata Heri, pihaknya sudah mengikat kerjasama. Ia menegaskan, KPU Jabar tidak pernah menganggarkan dana keperluan blocking time siaran televisi.

"Kalau penataan panggung, mendatangkan artis, dan alat pengundian urut, itu dari Kompas TV. Biaya siaran langsung ditanggung Kompas TV," kata Heri.

Gelaran ini menghadirkan beberapa artis seperti /rif, penyanyi pop Sunda Nining Meida, dan juga Ferry Curtis.



(bbn/ern)

Seniman Bandung Gelar Peringatan Hari Lupus Sedunia

Rabu, 06 Mei 2009 | 14:15 WIB

TEMPO Interaktif, BANDUNG: -Puluhan seniman Bandung dan Bali akan menggelar pertunjukan teater, musik, dan pembacaan memoar di Teater tertutup Taman Budaya (Dago Tea House), Sabtu (9/5) mendatang. Acara bertema "Morning Light" itu untuk menyemangati hidup penderita lupus, terkait peringatan Hari Lupus Sedunia pada 10 Mei. "Ini juga ajang sosialisasi karena masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang lupus," kata Merry Christianty, panitia dari Syamsi Dhuha Foundation di kantornya, Rabu (6/5).

Seniman dan budayawan yang dijadwalkan tampil antara lain, Iwan Abdulrahman, Eusi Komariah, Bulan Trisna Djelantik, Eka Gandara, Miranda Risang Ayu, dan Ferry Curtis. Harmonisasi musik, tari, dan pembacaan kisah penderita lupus itu ditangani Aat Suratin. "Kami kewalahan karena banyak seniman yang mau ikut," katanya.

Menurut Merry, para seniman merasa tergugah dan ingin memberi andil untuk mengurangi penderitaan penyakit lupus. Dalam acara itu juga akan diluncurkan album lagu kompilasi "Care for Lupus" dalam bentuk cakram padat dan buku memoar 11 penderita lupus di Bandung dan sekitarnya yang berjudul Cinta Membuatku Bangkit. "Masing-masing kami buat seribu buah," ujarnya.

Seluruh penderita lupus di Bandung dan sekitarnya yang berjumlah 700 orang akan diundang. Khusus tamu undangan dari kalangan umum, akan dimintai kesediannya untuk memberikan donasi. Dana yang terkumpul, kata Merry, akan digunakan untuk kegiatan organisasi lupus.

Penyakit lupus atau Systemic Lupus Erthematosus adalah penyakit yang menyerang berbagai sistem tubuh dan kekebalannya. Itu terjadi akibat produksi antibodi berlebihan. Penyakit yang belum ada obatnya tersebut umumnya menyerang perempuan berusia produktif.
ANWAR SISWADI

Puluhan Anak TK Surabaya Dikenalkan pada Dongeng

14 Juli 2010 10:45:02 

Surabaya - Sebanyak 50 anak Kelompok Bermain (Play Group) dan Taman Kanak-Kanak (TK) di Surabaya, Jumat, dikenalkan pada dongeng dan musik oleh dua maestro yakni Ki Heru Cokro (Padepokan Dongeng) dan Kang Ferry Curtis (pencipta lagu anak-anak dari Bandung).

"Kami juga mengundang penyanyi cilik Gabby Tancho untuk mendampingi kedua maestro itu, dalam mengenalkan dongeng dan musik kepada anak-anak sebagai pilihan tema yang berbeda mulai tahun ajaran baru yang akan datang," ujar Direktur "Global Smart Education" Emilia Ursula di Surabaya.

Sang maestro dongeng itu, mendongeng tentang persahabatan sambil bernyanyi bersama puluhan anak saat mengunjungi "Global Smart School" di Jalan Kalikepiting, Surabaya (29/4).

Anak-anak yang lucu itu, menyanyi sambil mendengarkan cerita boneka tangan tentang "Si Bony" (boneka buaya) yang bertemu sahabat baru si bebek lucu yang dimainkan Gabby ketika mereka jalan-jalan di hutan.

Selain Ki Heru, sang maestro musik Kang Ferry juga menyapa anak-anak dengan lagu. "Kalau kau suka hati tepuk tangan, kalau kau suka hati teriak hore... ," kata pencipta lagu dan penyanyi yang telah mengeluarkan tiga album bertema semangat, motivasi, dan cinta Tanah Air itu.

Dengan gitar kesayangannya, pria kelahiran Bandung itu mengiringi Gabby Tancho menyanyikan satu lagu karyanya berjudul "Ke Pustaka" yang syarat dengan pesan pendidikan tentang ajakan untuk gemar membaca.

Kepada anak-anak, Ferry Curtis yang alumnus Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung jurusan teater itu berpesan bahwa apapun yang disenangi, kalau mau belajar pasti bisa.

"Begitu juga dengan kalian semua, kalau belajar dengan rajin, pasti suatu saat akan menjadi orang yang sukses," kata pria berkacamata yang sukses dengan tiga album bertajuk "Live in Concert Ferry Curtis," "Cinderamata", dan "Sahabat Cahaya" itu.

Pria yang juga sukses menggelar 27 konser tunggal dan menciptakan 300 lagu itu, mengajarkan syarat sukses yakni rajin kepada apa yang disenangi dan tetap rendah hati.


Sumber : http://www.antarajatim.com/lihat/berita/31871/Puluhan-Anak-TK-Surabaya-Dikenalkan-pada-Dongen

REFRESHMENT PROGRAM - PT. ANUGERAH SURYA PRATAMA

Sabtu 5 Januari 2013 segenap keluarga besar PT. Anugerah Surya Pratama (perusahaan pertambangan yang berlokasi di kepulauan raja ampat papua barat tempat dimana saya bekerja), mengadakan acara refreshment program dengan konsep outbond training. Acara yang berlangsung selama satu hari ini di isi oleh para trainer asal bandung yang tergabung dalam “Buana Weh Adventure” dan mampu menghibur seluruh peserta. Hari hari yang selama ini dipadati aktivitas produksi penambangan nikel maupun kebisingan knalpot dan lalu lalang kendaraan alat berat, sejenak berubah menjadi pemandangan menarik. Gelak tawa bahagia dan rona keceriaan menghiasi wajah wajah karyawan.


Menurut pihak HRD Jakarta yang diwakili oleh Bapak Aris Gunawan, acara refreshment program sengaja di helat untuk memperkokoh spirit the corps (semangat persaudaraan sesama karyawan). Selain itu, acara yang di adakan setiap satu tahun sekali ini sebagai wujud keseriusan perusahaan dalam menumbuh kembangkan semangat/etos kerja karyawan, mengikatnya dalam bingkai kebersamaan yang berorientasi pada perubahan. Terlebih kegiatan sejenis refreshment program, memiliki nilai positif  yang dapat kita raih diantaranya seperti penyadaran akan nilai tanggung jawab, cara pendelegasian tugas yang baik, trust/kepercayaan, komunikasi, empati, disiplin kerja, kreativitas, kemandirian dan kepuasan karyawan dalam bekerja sebagai landasan terciptanya pertumbuhan atau kemajuan perusahaan sesuai yang dicita citakan.
 
Tidak hanya karyawan tetap, peserta yang terlibat dalam kegiatan ini mencakup seluruh karyawan lokal (penduduk asli papua), tenaga kontrak, siswa magang, staff lapangan hingga top management site. Metode penyajiannya menggunakan konsep indoor dan out door yang diramu melalui beragam permaian menarik diantaranya magic stick, sirkus, lompat tali, game ide kreatif, lempar bola dan sebagai penutup seluruh peserta diberikan studi kasus yang harus dipecahkan secara bersama guna mengukur seberapa jauh soliditas antar sesama peserta. 
 
 
Puncak kemeriahan acara semakin terasa saat hari mulai menjelang malam, dimana seluruh peserta dihadiahi penampilan sang musisi balada asal kota bandung bernama Ferry Curtis. Dalam pembukaannya, beliau menyampaikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada jajaran management dan seluruh peserta training atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Sebagai musisi sekaligus penulis lagu peringkat 5 besar terbaik di Indonesia, beliau mengacungi jempol dan bersyukur karena bisa menginjakkan kaki di pulau raja ampat. Sontak atas pernyataannya itu, para hadirin menyambut dengan tepuk tangan meriah penuh antusias.  
 
Selama mengikuti acara, ada satu moment yang tidak bisa terlupakan. Dibawah temaram sorot lampu infocus, para peserta di minta terlibat nyanyi bersama dengan lagu bertajuk ‘KITA DAN KERJA’ karangan Ferry Curtis. Mereka hanyut dalam kebersamaan, gema suara peserta mampu menggetarkan dinding dinding putih aula office Manuran. Mereka berteriak dengan lantang “Lakukan yang terbaik selagi engaku bisa, lakukan yang terbaik selagi engkau ada” dan dinyanyikan secara berulang ulang. Begitulah sepenggal lirik lagu yang cukup menyentuh hati dan menggugah semangat para peserta yang hadir malam itu.
 
 
Lirik lengkap lagu berjudul KITA DAN KERJA ciptaan Kang Ferry Curtis :
Kita ada karena kita kerja
Kita kerja karena kita ada
Lakukan yang terbaik selagi engkau bisa
Lakukan yang terbaik selagi engkau ada
Banyak memberi pasti banyak menerima
Banyak yang kau curi pasti ada yang tercuri
 
Sebagai lagu pamungkas, Ferry Curtis menyerukan kepada segenap karyawan agar dalam mengarungi hidup harus berani berinovasi, jangan takut gagal dan tanamkan pada diri kita agar selalu membudayakan semangat membaca, karena dengan membaca, cakrawala berfikir kita semakin terbuka. Karena membaca berarti  kita telah membuka jendela dunia.
 
 

Guru Pun Menulis: IIDN & Bank Mandiri

Sabtu 15 Desember 2012.

Ketika saya sampai, para peserta pelatihan Guru pun Menulis sudah berkumpul di aula lantai lima Bank Mandiri Cab. Sukarno Hatta, Bandung.  Lima sekolah yang terpilih atas rekomendasi Kanwil Diknas Kota Bandung masing-masing mengirimkan 30 wakil. Total peserta pelatihan hari itu adalah 150 guru. Insya Allah, pelatihan serupa akan diadakan secara berkala untuk sekolah-sekolah lain.
Setelah say hi kepada Indari Mastuti, founder Ibu-bu Doyan Nulis (IIDN), yang juga akan menjadi pemateri, saya segera cari colokan karena hape saya sekarat.

Pelatihan ini mendatangkan tiga pemateri. Setelah acara dibuka oleh pihak Diknas dan Bank Mandiri, Alexander Andri dari Golden Life Institute menyampaikan materi motivasi menulis. Peserta diajak menyadari potensi diri dan membuka wawasan kepenulisan.  Setelah makan siang, salat zuhur, penyerahan hibah buku senilai 3.5 juta Rupiah untuk masing-masing sekolah, materi berikutnya dibawakan oleh Indari Mastuti. Dengan gayanya yang lincah, Indari menceritakan pengalamannya menulis di media massa sejak SMA hingga kini menerbitkan 60an judul buku.  Para guru diajak menggali ide, dipandu untuk menuliskan gagasannya dalam kalimat, merancang isi buku, dan menghasilkan beberapa paragraf.

Materi menjadi seru ketika Indari memanggil sejumlah guru untuk membacakan hasil eksplorasi mereka. Ternyata, ide-ide yang muncul tidak melulu berkaitan dengan mata pelajaran yang mereka ampu. Banyak juga guru yang ingin menulis buku how to, novel, hingga humor plesetan.
Berikutnya adalah hiburan. Setelah menulis, bapak ibu guru diajak menyanyi oleh Ferry Curtis. Penyanyi balada ini menyuguhkan lagu-lagu yang penuh makna, dengan penyajian yang interaktif. Peserta jadi segar, dan yang beruntung adalah saya.

Materi yang saya bawakan adalah Menyunting Tulisan Sendiri. Setelah motivasi menulis digugah, cara menulis diajarkan, kini saatnya peserta memeriksa hasil tulisan mereka.
Saya memulai materi dengan menyampaikan bahwa editor hadir untuk mengawal agar materi tulisan sesuai dengan standar penerbitan. Yang bertanggung jawab penuh atas tulisan tetap penulis. Jadi, ungkapan “Tulis saja sebebasnya, nanti ada editor yang membetulkan” tidak sepenuhnya benar.

Nah, untuk menjaga agar naskah berkualitas dari segi isi maupun bahasa, penulis bisa menempatkan diri sebagai editor bagi tulisannya sendiri.
Pertama, kami mengenang beberapa pelajaran tata bahasa Indonesia: kalimat majemuk, kalimat tidak sempurna, frasa, kalimat kepanjangan, kalimat yang bikin galau, hehe…
Berikutnya adalah mengingat kembali cara menghindari salin rekat atau copy paste, menulis rujukan, dan menulis ulang kalimat yang tidak efektif.
Kami juga belajar singkat memilih diksi, praktik menggunakan kamus online—karena ternyata, belakangan tidak semua penulis punya kamus cetak :-)
Beberapa peserta mengajukan kata tertentu untuk diperiksa, baku atau tidak.  Begitu layar lebar menayangkan hasil pencarian melalui Kateglo Bahtera dan kamus online miliki Pusat Bahasa, terdengarlah seruan, “Ooo… lho… ternyata….”

Setelah memeriksa naskah sendiri dan tertawa bersama, tibalah saatnya memberi masukan kepada naskah teman sebelah. Bisik dan gumam segera memenuhi ruangan. Saya bersyukur, ternyata materi yang saya sampaikan ada yang nyangkut dan langsung diterapkan—kemungkinan besar karena materi editing kan gitu-gitu doang, haha…
Dalam waktu satu setengah jam, bapak ibu guru—sebagian di antaranya guru bahasa Indonesia—berperan sebagai editor, menyentil kembali kepekaan berbahasa yang sebenarnya telah kita miliki sejak lama.  Tentu tak semua materi bisa kami kupas tuntas. Walau begitu, saya berharap minat untuk kembali mencintai bahasa Indonesia jadi kian subur, dan bisa dibagikan kepada khalayak dalam bentuk tulisan.

Terima kasih, Bapak Ibu Guru, atas antusiasme, pengalaman, dan kegembiraan yang terbagi hingga akhir acara. Terima kasih dan selamat kepada Indari Mastuti bersama Indscript Creative, dan kru IIDN yang tetap ceria mengawal acara. Semoga pelatihan atas dukungan penuh Bank Mandiri ini terus begulir dan memberi manfaat bagi pendidikan Indonesia, aamiin…

RESUME WORKSHOP MUSIKALISASI PUISI dan SEDIKIT BUMBU DISANA SINI

by Dhini Aprilio on Wednesday, June 1, 2011 at 7:45pm 

  Pertama kali berkenalan dengan dunia tulis menulis tepatnya bulan April tahun 2010 ketika mengikuti sebuah kursus 3 Jam Bisa Menulis untuk Ibu-ibu, di kota Bandung. Dan saat itu pun saya baru berkenalan dengan facebook. Jadi merupakan sarana yang tepat untuk latihan menulis bagi pemula. Awalnya saya tertarik pada puisi karena membaca status teman-teman yang ada di jejaring sosial tersebut. Meski sebenarnya saya sudah tertarik dengan puisi sejak zaman kuliah dulu. Tapi itu pun hanya sebatas puisi sederhana saja. Bukan Kahlil Gibran, Jalaluddin Rumi  ataupun penyair-penyair ternama lainnya. Ketertarikan saya hanya sebatas mengagumi bait-bait indah yang dihasilkan dari untaian kata-kata. Saya menganggapnya hal yang ajaib, dan dapat melihat kecerdasan seseorang dari kata-kata yang terangkai itu. Tapi itu dulu, sekarang saya tidak akan menilai tulisan seseorang berdasarkan apapun. Saya hanya merasakan ruh tulisan yang dapat dirasa, mencernanya dan menjadikannya warna di kehidupan.

Puisi dan Musik

            Kembali ke masa sekarang, tentang kegiatan workshop yang telah saya ikuti. Terus terang saya sangat bersemangat ketika akan mengikuti acara tersebut. Sehingga tidak sabar menunggu waktu segera bergulir ke hari Minggu itu. Tetapi ketika hadir di tempat itu, saya sangat kaget dan merasa takut. Karena disana tidak ada ibu-ibu yang selama ini telah akrab dengan kehidupan saya. Hanya ada laki-laki, lebih tepatnya manusia-manusia bergaya seniman. Rambut awir-awir, baju hitam, dan asap rokok yang berseliweran. Tapi setelah mendengar alunan musik dari para musisi Tegal dimainkan, akhirnya saya pun mulai lumer dan sangat  menikmati suasana, apalagi ketika ada teman-teman perempuan lain yang mulai berdatangan.          Setelah workshop dibuka oleh Kelompok Musik Sastra Warung Tegal (KMSWT), acara pun dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Kang Ferry Curtis. Beliau adalah musisi dari kota Bandung, yang telah lama berkecimpung dalam dunia musikalisasi puisi. Beliau telah mengeluarkan tiga album musikalisasi, dan sebentar lagi akan mengeluarkan satu album terbaru dengan salah satu judul Perempuan Masa Lalu. Sangat bagus liriknya dan sangat asik mendengarkan musiknya. Menyentuh, sehingga dapat mempengaruhi emosi peserta. Ya, disitulah kelebihan dari musikalisasi puisi. Puisi yang sebenarnya telah indah dan memiliki musik tersendiri, diperkaya lagi dengan iringan musik yang selaras dengan isi puisi tersebut. Sehingga membawa pengaruh yang luar biasa, sangat indah.

            Menurut teori yang telah saya dapatkan, musikalisasi adalah upaya untuk memasukkan unsur-unsur musik (melodi, irama/ritme, harmoni, yang diwujudkan dalam bentuk lembaran musik atau partitur) secara dominan. (Supratman Abdul Rani dkk, dalam makalah yang disampaikan oleh Ferry Curtis). Hal ini dimaksudkan agar dapat mengkomunikasikan isi puisi kepada apresian dengan baik, sehingga lebih mudah dimengerti dan dipahami. Karena pada umumnya masyarakat akan lebih cepat akrab dengan syair-syair dari puisi itu karena terbantu oleh nada-nada. (Ferry Curtis, 2011).  Hal ini pun dimaksudkan untuk membuka wawasan bagi apresian agar dapat mengapresiasi puisi dengan berbagai cara. Karena sebenarnya puisi itu sangat kaya akan makna. Misalnya saja selain dengan musik, puisi pun dapat diterjemahkan ke dalam bentuk lukisan, ataupun teaterikal. Itu semua tergantung dari imajinasi apresian. Selain itu musikalisasi puisi juga merupakan salah satu alternatif teknik penyajian puisi dalam pembelajaran sastra.

           Dan ternyata tidak semua puisi dapat dimelodisasi (menggunakan notasi). Misalnya puisi yang merupakan pidato atau percakapan. Sedangkan apabila puisi terdiri dari bait-bait dengan jumlah baris yang berpola, maka akan memudahkan komposer (penyusun musik) untuk membagi-bagi ke dalam pola birama tertentu. (Rene Wellek dalam Teori Kesusastraan). Kemudian dalam penggunaan tangganada minor pada umumnya dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Sedangkan lagu-lagu yang menggunakan tangga nada mayor kebanyakan bersemangat, optimistis, dan riang. (Metode Alternatif Pembelajaran Apresiasi Puisi, Yonas Suharyono, S.Pd,MM.Pd).

          Timbul pertanyaan, apakah pembacaan puisi yang diiringi oleh alat musik gitar, piano, ataupun alat musik ritmik lainnya termasuk musikalisasi? Menurut Kang Ferry Curtis, hal itu memang termasuk musikalisasi. Meski pada kenyataannya telah banyak musikalisasi yang berupa melodisasi puisi, yaitu merupakan kegiatan menyanyikan puisi total dengan memberi melodi, pola ritme, pemilihan jenis tangga nada, hingga pemberian rambu-rambu dinamik dan ekspresi pada puisi tertentu. (Metode Alternatif Pembelajaran Apresiasi Puisi, Yonas Suharyono, S.Pd,MM.Pd).

           Sesungguhnya apabila diperhatikan, tanpa dimusikalisasi pun puisi itu sudah memiliki musik tersendiri, dimana puisi terdiri dari unsur-unsur:

  1. Adanya diksi dan pemilihan bahasa (mencakup majas dan gaya bahasa).
Tetapi disini tidak akan dipaparkan secara detil. Hanya sepintas saja. Diksi, yaitu pemilihan kata yang secermat mungkin sehingga dapat mewakili maksud terselubung yang ingin disampaikan. Dengan adanya diksi pun dapat memperkaya kosakata para apresian. Meski terkadang hal ini dapat menjadikan puisi sebagai bahasa tulis yang memiliki tafsir makna beraneka ragam (Handoko F. Zainsam, Bermain dengan Puisi, dalam makalah yang disampaikan pada Pelatihan Menulis Puisi di “Rumah Pena”).

2. Memiliki kaidah estetika atau keindahan
Dimana pusi merupakan karya tulis yang memiliki berbagai konsep keindahan yang abstrak atau konkret. Sehingga melibatkan imaji para apresian untuk dapat merasakan makna yang tersirat dari puisi itu, sehingga dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan. Sedangkan maksud keindahan konkret yaitu. adanya efek bunyi dan bentuk dari tulisan puisi (tipografi). Seperti adanya kekuatan dari rima (persamaan bunyi di awal, tengah dan akhir baris puisi), ritme (tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi), dan metrum (pergantian naik turun suara secara teratur, lebih terasa ketika dideklamasikan). (Handoko F. Zainsam)

3. Ada pesan yang ingin disampaikan oleh penyair.
Baik itu tentang harapan, ungkapan perasaan, pesan, pemikiran penyair dengan melihat realita kehidupan. Cara penyair dalam mengungkapkan tema dan rasa juga berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair itu sendiri (Sinyo Manteman, seperti ditulis dalam UPIL (Urusan rumPi ILmu) Puisi dengan Gayamu Season III: Unsur Dalam Puisi dan Majas)

Hal-hal tersebut diataslah yang menyebabkan puisi pun secara kodrati telah memiliki musik.  Puisi telah hadir dengan keindahan dalam wujudnya yang tunggal. Perbedaannya hanya terletak pada materi dasar pembentukan musik itu. Jika musik pada puisi dibentuk oleh kata dan komposisi kata, maka musik pada lagu dibentuk oleh nada dan melodi
Setelah memahami apa itu musikalisasi, pasti akan timbul pertanyaan lagi tentang bagaimana proses musikalisasi itu. Yang penting untuk diketahui pertama kali adalah, bahwa sang penyair harus menguasai cara memainkan alat musik yang akan dipakai. Baik itu gitar, piano, harmonika, biola, kecapi ataupun karinding. Kemudian memahami isi puisi dengan unsur-unsur pembentuknya. Sehingga dengan memahami secara baik isi puisi, seorang pemusikalisasi puisi tidak hanya sekedar memberi warna musik/ irama pada puisi yang dimusikalisasinya, tetapi juga dapat menampilkan ruh puisi itu secara utuh. (Ferry Curtis, 2011).

         Keberhasilan musikalisasi puisi pun dapat terlihat dari:
  1. Penafsiran sang komponis terhadap puisi yang digarapnya.
  2. Keberhasilan sang komponis dalam menggali dan menampilkan segala unsur musikalitas yang terdapat dalam puisi.
  3. Kemampuan sang komponis dalam mengimbangi kelemahan isi puisi, lewat pengisian unsur musikalitas yang diberikannya. Sehingga dapat membangkitakan daya tarik, daya ungkap, dan daya sentuh pada puisi yang digarapnya.
          Sedangkan langkah-langkah musikalisasi untuk pemula, yaitu:
  1. Memilih puisi yang dapat dimengerti.
  2. Memilih puisi dengan bait-bait yang sudah tersusun, dan memiliki bait yang  pendek (satu sampai tiga bait).
  3.  Mengaransemen melodi yang mudah dimainkan dan didengarkan.
  4. Membuat refrain yang berulang-ulang dan mudah dilagukan.
  5. Terus berlatih sampai Anda sendiri merasa tersentuh.
(Ferry Curtis, 2011).

           Pada kenyataannya musikalisasi ini masih menjadi pro dan kontra diantara para pakar. Sebaiknya kita lebih bijaksana dalam langkah-langkah memusikalisasikan sebuah puisi. Jangan sampai memaksakan totalitas puisi menjadi lagu, jika memang dapat merusak, bahkan menghancurkan puisi itu sendiri. (Raidu Sajjid 07.06.2008). 

            Demikianlah teman-teman yang dapat saya uraikan. Terima kasih atas perhatiannya dan semoga bermanfaat.

Kenang Franky, 'Perahu Retak' Dilantunkan di Konser Hari Bumi

Iman Herdiana - Okezone - Sabtu, 23 April 2011 11:40 wib
 
 
BANDUNG- Sekira 4.000 massa dari berbagai elemen masyarakat memadati konser Hari Bumi yang digelar Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) di depan Kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat Gedung Sate, Bandung.

Konser dimeriahkan sejumlah artis, musisi, dan budayawan, di antaranya Ki Daus, Ferry Curtis, kelompok musik Karinding Attack, dan musisi lainnya.

Di atas penggung, Ki Daus yang tampil duet bersama musisi Ferry Curtis menyajikan lagu-lagu alam dan kritik sosial, di antaranya lagu Perahu Retak ciptaan legenda musik balada Franky Sahilatua.

"Lagu ini untuk mengenang Franky yang baru saja pergi tinggalkan kita, Perahu Retak," kata Ferry Curtis, sambil langsung memainkan gitarnya, Jumat (22/4/2011).

Ribuan massa yang berasal dari 27 eksekutif daerah Walhi se-Indonesia, Konsultan Nasional Lingkungan Hidup (KNLH), Serikat Petani Pasundan (SPP), Aliansi Gerakan Agraria (AGRA), Serikat Pekerja Petani Indonesia (SPI), menyambut baik lagu Perahu Retak. Bahkan respon mereka makin meriah ketika Ki Daus dengan suaranya yang khas kakek-kakek ikut bernyanyi.

Usai Ferry membawakan lagu Perahu Retak, rupanya Ki Daus masih ingin bernyanyi. Namun saat memasuki reff “Aku heran, aku heran yang salah dibenarkan”, Ki Daus malah memelesetkannya.

"Aku herman, aku herman," cetus Ki Daus yang memancing tawa penonton. "Maaf, salah," tambah Ki Daus, buru-buru menambahkan.

Ketua Pelak Konsultan Nasional Lingkungan Hidup Walhi dan Koordinator Hari Bumi Irhash Ahmady menjelaskan, acara merupakan agenda nasional Walhi. Sebelumnya, kata Irhash, 27 eksekutif Walhi menggelar rapat yang menghasilkan resolusi tentang kerusakan alam di Indonesia. Di antaranya pendirian pabrik yang merampas lahan. Ini menyebabkan bencana ekologis berupa banjir bandang di Aceh Selatan, Papua, dan Bojonegoro.

Selain menggelar konser Hari Bumi, kata Irhash, acara juga dimeriahkan karnaval Hari Bumi berupa pawai 120 talent di Monumen Perjuangan Jawa Barat menuju depan Gedung Sate. Pawai diikuti berbagai kesenian dan permainan tradisional seperti enggrang, prosesi tani, dan tetabuhan.
(uky)false

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes
Design Downloaded from Free Blogger Templates | free website templates | Free Vector Graphics | Web Design Resources.